Wednesday, April 01, 2015

Kamu Mau Jadi Apa, Nak? *Tentang Cita-cita*


Ciledug, 1 April 2015

Today's Story About Us...


Tadi pagi aku berpapasan dengan tetangga yang seorang guru PNS. Mereka suami-istri pasangan Guru. Setelah bertegur sapa dan dia berlalu, namanya sebut saja Bu Debby, aku memperhatikannya memasuki halaman rumah.

Rumahnya cukup asri, dan besar. Rumah yang mereka bangun sendiri, bertahap. Pasangan guru PNS tersebut, Bu Debby dan suaminya, sebut saja Bang Daly, adalah pasangan suami istri yang harmonis. Anak-anaknya sudah cukup besar. Bu Debby guru sekolah dasar dan Bang Daly (aku biasanya menyapanya dengan panggilan Bang, karena beliau orang betawi) guru olah raga di sekolah dasar juga.

Aku baru menyadari bahwa secara materi, kehidupan mereka berdua tidak kekurangan, bahkan boleh dibilang cukupan. Rumah cukup besar dan mapan. Punya kendaraan roda dua. Anak-anaknya sekolah di sekolah yang cukup bonafid. Kenyataan bahwa mereka hanya berprofesi sebagai guru, sungguh membuat mataku terbuka dan sadar. Bahwa profesi guru, bukanlah profesi yang bisa dipandang 'sebelah mata', seperti yang selama ini kubayangkan.

Aku ingat percakapan dengan Memey, anakku si bontot yang sekarang kelas 6 SD. Waktu itu aku tanya dia, apa cita-citanya.
"Kamu nanti mau jadi apa, Mey?" tanyaku pada si bontot.
"Memey mau jadi guru, pah," lugasnya. Membuatku tersenyum kecut (waktu itu).
"Jadi Guru?" tegasku lagi.
"Iya."
"Kok Memey mau jadi Guru?"
"Memey suka main sekolah-sekolahan sama Mawar dan Ubay. Kalo sama mereka, Memey kebagian jadi Guru mulu, sih!" bebernya panjang lebar. Aku memang sering kali mendapati mereka main 'sekolah-sekolahan' di rumah hampir setiap malam. Dan Memey berperan menjadi guru si Mawar dan Ubay, sepupu-sepupu Memey yang kebetulan lebih kecil dari Memey.
"Hmm, Memey ga mau jadi Reporter atau Jurnalis seperti mereka itu, Mey.. Kerja jadi reporter enak, lho Mey.. Memey bisa jalan-jalan, gajinya gede..?" tanyaku sambil menunjuk acara di salah satu stasiun TV yang tengah kami tonton.
"Ga, ah, Pah.. Memey maunya jadi Guru," kekehnya lagi.
"Mey, jadi Guru 'kan gajinya kecil." terangku berusaha mematikan keinginan dan cita-citanya itu.

Sekelumit percakapan kecil itu tiba-tiba terngiang kembali dalam ingatanku. Sesuatu yang sekarang kusesali. Astaghfirullah. Aku telah berbuat dzalim. Kedzaliman yang bertubi-tubi. Pertama aku mematikan keinginan dan cita-cita Memey dan bukannya mendukungnya. Kedua aku memvonis bahwa profesi Guru adalah profesi rendah yang tidak bisa menjamin masa depan. Ketiga aku mendahului ketentuan Tuhan bahwa rezeki ditentukan oleh sebagai apa kita, apa profesi kita, dan bukannya ditentukan oleh Allah SWT. Dan pandangan ini pun kutegaskan kepada anak-anakku yang lain, Romi dan Raka, bahwa rezeki kita ditentukan oleh apa pekerjaan dan jabatan kita kelak, dan bukan kesadaran bahwa Allah-lah yang mengatur rezeki setiap umat manusia, apa pun profesi mereka.

Duh, aku menyesal sekali. Sungguh suatu pemikiran yang materialistis dan lupa akan ketentuan Allah SWT, dzat yang maha kaya, yang Maha Mengatur Rezeki bagi umatnya. Semoga Allah memaafkan kesalahan pemikiranku. Amiin.

Makasih bu Debby. Hidayah itu aku terima pagi ini melalui seseorang seperti beliau.

Salam


Thursday, July 04, 2013

mEMEY is SICK!


Memey sakit... Udah lama nggak liat anak sakit, sedih juga liat Memey udah jalan 2 hari ini kena demam. Aku pikir cuma demam biasa karena dia kecapekan, karena sabtu minggu lalu emang ada hajatan besar di rumah.

Merasakan suhu badannya yang panas tinggi seperti itu, ingin rasanya aku menyerap hawa panas tersebut dari dirinya, dan menerimanya untukku sendiri. Agar bisa melihat dia senyum, tertawa dan berlari.

Ah, cepat sembuh my angel...

Memey jadi ketua kelas



Sudah sebulan lebih memey sekolah. Masya Allah. Nggak terasa, ternyata memey udah gede. Hari ini dia mulai masuk di kelas baru. Karena suaranya yang lantang, Ibu Guru menunjuknya untuk menjadi Ketua Kelas. Dan sebagai Ketua Kelas, setiap pagi saat masuk kelas dan siang keluar kelas, Memey harus bisa menyiapkan teman-temannya..

"Siaaaapp, Grak!"
"Berdoa..."
"Memberi Salam"

Hahahaha...